Forum Anak Nasional 2014
Nuka Hanif Naufal (A1 C115058)
Pendidikan Matematika
“Bismillahirrahmaanirrahiim, ikam
pasti bisa, Nuk” ucapku
meyakinkan diriku sendiri.
Aku pun melangkahkan kaki gemetarku menuju panggung yang
terletak tepat di bagian depan ruangan. Tak ada suara sama sekali, yang kulihat
hanya ratusan tatapan mata yang seakan mengekor setiap langkah kakiku. Aku
berhenti tepat di depan sebuah podium yang berdiri gagah di tengah-tengah panggung,
mengedarkan pandangan, tersenyum simpul, dan berkata lantang
“Perkenalkan, nama
saya Nuka Hanif Naufal, saya perwakilan
dari Forum Anak Daerah kabupaten Tabalong.”
Cerita
ini terjadi pada bulan mei, tahun 2014. Tak ada yang istimewa pada hari itu. Kami
mengikuti pelajaran seperti biasa. Bercanda gurau seperti biasa. Ketiduran di
kelas seperti biasa.Yang agak tidak biasa hanya, ketika sedang asik melamun waktu
pelajaran fisika, tiba- tiba seorang anak tak dikenal mengetuk pintu kelas dan
langsung masuk tanpa dipersilahkan
“Ka Nuka,
pian dipanggil kepala sekolah” ucap anak tersebut.
Aku
yang sedang asik menghitung jumlah personil boyband di kotak pensil temanku hanya bisa terkejut dan bertanya.
“Hah? Aku? Dipanggil Pa Kepsek?”
“Astaghfirullah, jangan-jangan pa kepsek meliat
aku pas lagi joget-joget unyu di taman sekolah semalam, mati aku kaini”
Dengan perasaan gugup dan was-was, aku pun langsung
menuju kantor pa kepsek yang letaknya cukup jauh dari kelasku. Lumayan buat
olahraga kali aja bisa kurus, pikirku.
Sesampainya
di ruang Kepala Sekolah, aku pun semakin gugup. Ruangan berukuran sedang yang
di dalamnya penuh dengan berbagai piagam dan penghargaan atas lomba-lomba yang
dijuarai sekolah ini mendadak terlihat menakutkan di mataku. Dengan perasaan
campur aduk, aku pun mengetuk pintu ruangan beliau.
“Assalamualaikum,
bapa nyari Nuka?” ucapku.
“Waalaikumsalam,
oooh, Nuka, masuk dulu nak” sahut beliau ramah.
“Jadi kaini, nih dinas minta
perwakilan dari tiap sekolah gasan ditest umpat Forum Anak Nasional 2014 di
Jakarta. Nah, jadi Nuka bapa tunjuk mewakili SMAN 2 Tanjung. Kyapa? Kawa ja lo
nak?”
“Ooooh, inggih pa,
inshaa allah ulun bakal beusaha jadi yang terbaik. Pebila pa acaranya?” tanyaku
penasaran.
“Lusa, di
Banjarmasin” jawab beliau. Tegas dan pasti.
Dengan
persiapan seadanya, keesokan harinya aku berangkat menuju Banjarmasin. Jarak antara
Tanjung ke Banjarmasin itu sekitar 243 km, yang biasanya memakan waktu 6 jam
perjalanan. Nah, di perjalanan itulah aku mulai kenal baik dengan Alfi dan
Yusiva, perwakilan dari SMA Hasbunallah. Dan kebetulan, Alfi adalah temanku
waktu SD, yang merupakan delegasi Tabalong di Forum Anak
Nasional tahun 2013.
“Yang pasti, mun
bisa umpat FAN ini untung bangat. Sudah dapat ilmu gratis, bejalanan gratis,
bisa tetamu orang berpengaruh, dapat uang pesangon pulang” ceritanya dengan
penuh semangat.
Aku dan Yusiva yang jadi pendengar setia cerita Alfi pun
hanya bisa kagum, dan mulai menanamkan tekad untuk bisa jadi delegasi Tabalong
di FAN 2014 ini.
“HARUS BISA NUUUK.
WAJIIB” teriakku pada diriku sendiri.
Hari penentuan pun tiba. Semua calon delegasi Kalimantan
Selatan mengikuti tes di kantor gubernuran Kal-Sel. Dari tes tertulis, wawancara,
hingga tes bakat. Hingga terpilihlah 12 delegasi dari 12 kabupaten di provinsi
Kalimantan Selatan. Mereka adalah: Ahmad dari HSU, Sarah dari HST, Hafiz dari
HSS, Bayu dari Batola, Ridha dari Tala, Cindy dari Balangan, Andri dari
Banjarbaru, Rayda dari Banjarmasin, Kiki dari Martapura, Zaid dari Tapin, Kisty
dari Kotabaru, dan Nuka dari Tabalong.
“ALHAMDULILLAH YA ALLAH, NUKA KE JAKARTAAAA” ucapku berlagak seperti para jebolan pencarian bakat
di TV ketika mendengar pengumuman itu.
Kami pun pulang ke daerah asal masing-masing setelah
saling bertukar kontak.
“Sampai tatamu
bulan kena lah, mudahan sukses barataan” kalimat itu, menandakan akhir, sekaligus awal pertemuan
kami ber-12.
Satu
bulan persiapan yang panjang pun tidak
terasa telah tiba. Kami berkumpul di bandara Syamsuddin Noor sesuai yang sudah
direncanakan. Tampak senyum tak pernah lepas dari wajah kami semua.
“Hari yang kita hadang sampai jua
akhirnya” ucapku
gembira.
“Hiihnah, gugup aku, akhirnya
terasa jua naik pesawat” jawab hafiz polos yang langsung
memancing tawa kami yang mendengarnya.
Setelah
menunggu beberapa saat, akhirnya pesawat berangkat, dan tiba tepat 1 jam 45
menit sesudahnya di Jakarta.
Sesampainya
di Jakarta, kami semua semakin takjub melihat betapa megahnya kota yang jadi
ibukota negara tercinta kita ini. Dan sewajarnya orang kampung yang baru datang
ke kota, kita pun mulai bertanya tentang segala hal yang kita lihat di Jakarta.
Dari
pertanyaan awajar seperti “Kyapa caranya
manusia mbangun monas yang kaitu ganalnya leh?”
Pertanyaan
agak tidak wajar seperti “Wah, di Jakarta
ada orang main kalayanganan leh?”
Hingga
pertanyaan super tidak normal seperti “Wah,
di Jakarta orang behinak leh?”
Yang
cuman bisa kujawab “Guys, jangan
kampungan pang. Ini Jakarta. Lain planet Namek”
Sesampainya
kami di jakarta, kami langsung menuju tempat dilaksanakannya FAN 2014 ini,
Taman Mini Indonesia Indah, atau yang biasa kita kenal dengan TMII. Disana kami
melakukan registrasi, dan langsung diberi
segala perlengkapan yang dibutuhkan waktu FAN, seperti peralatan mandi, alat
tulis, baju, jaket, hingga tas. Yang langsung membuat kami semua berucap
“Berat-berat kita mbawa mulai
kalsel, sekalinya diberi jua pas disini. Nasib nasib”
Agenda
hari pertama pun ditutup dengan materi yang disampaikan langsung oleh
kementrian langsung pada malam harinya. Yang jujur, tak begitu bisa kutangkap karena
malam itu aku mendadak terserang demam yang akhirnya jadi bahan ledekan
teman-teman lain.
“Dasar
anak mami, hanyar tepisah berapa jam ja garing dah”
ledek mereka.
.
Pada
pagi hari kedua, kita semua diwajibkan ikut acara pembukaan , karena di acara
pembukaan itulah akhirnya kita bisa bertemu langsung dengan delegasi tiap kabupaten di
seluruh Indonesia. Pada pagi itu kita berkenalan, saling mengenalkan diri serta
mengenalkan tradisi & budaya yang
dimiliki daerah masing-masing.
Menuju
tengah hari, acara yang ditunggu-tunggu
semua orang pun tiba. Perkenalan tiap delegasi di atas panggung utama. Iya,
ditungu-tunggu sekaligus acara paling menakutkan, karena kita akan dilihat
langsung oleh seluruh delegasi, panitia, bahkan pejabat dari kementrian. Perlahan,
satu demi satu delegasi FAN memperkenalkan diri, hingga akhirnya kini tiba giliranku.
“Bismillahirrahmaanirrahiim, ikam
pasti bisa, Nuk” ucapku
meyakinkan diriku sendiri.
Aku pun melamgkahkan kaki gemetarku menuju panggung yang
terletak tepat di bagian depan ruangan. Tak ada suara sama sekali, yang kulihat
hanya ratusan tatap mata yang seakan mengekor setiap langkah kakiku. Aku
berhenti tepat di depan sebuah podium yang berdiri gagah di tengah-tengah panggung,
mengedarkan pandangan, tersenyum simpul, dan berkata lantang
“Perkenalkan, nama
saya Nuka Hanif Naufal, saya perwakilan
dari Forum Anak Daerah kabupaten Tabalong.”
Yang langsung disambut tepukan riuh dari seluruh penjuru ruangan. Memang, itu cuman perkenalan biasa,
tapi dilakukan di acara sebesar ini menjadikannya perkenalan terindah seumur
hidupku.
Setelah pembukaan,
acara dilanjutkan dengan materi yang
kali ini dibawakan oleh Pandji pragiwaksono. Yang aku masih ingat saking senangnya aku
nulis status di hampir di semua sosial mediaku:
“AKHIRNYA
BISA TETAMU PANDJI UWOOOOW”
Pada
malam harinya, kita dikasih tahu tentang
sosial media khusus anak bernama Statusfan. Jadi,cstatusfan ini tidak jauh
berbeda dari sosial media lainnya, hanya saja di statusfan ada kolom berita khusus anak, serta kolom
tentang daerah yang biasa diisi oleh pengguna statusfan.
Hari ketiga, adalah
hari yang paling ditunggu anak-anak FAN. Karena hari ini, kami semua akan
diajak jalan-jalan gratis, seharian. Dan,
tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah monas,k ami yang mayoritas
berasal dari kampung pun, ketika melihat monas hanya bisa terpana.
“Ngini nih bisa 10 kali lipat lebih ganal dari obor
tanjung. Amas pulang atasnya, humaaa” ucapku takjub.
Di monas kami
diajak berkeliling dari luar, hingga museum yang ada di bawahnya. Tapi sayang,
karena terlalu banyak delegasi FAN, kita jadi tidak bisa naik ke puncak monas.
Setelah dari Monas,
kami langsung berangkat menuju Dufan. Nah, didufan inilah kami menghabiskan
waktu seharian untuk mencoba sebanyak mungkin wahana yang ada. Hingga tiba di
sebuah wahana a ir yang bentuknya
persis arung jeram. Si Amat yang berasal dari hulu sungai pun berkomentar.
“Kita, jauh jauh ke Jakarta wara gasan bejukung
pulang? Apa bedanya lawan di hulu sungai?” ucapnya yang langsung disambut tawa kami semua.
Memang, itulah
kenangan singkat kami. Tiga hari yang berlalu sangat cepat, tetapi kenangan,
pertemanan, serta kebahagiaan yang kami dapat akan bertahan selamanya di hati masing-masing.
P.s: ini sebenernya tugas, tapi ya daripada dibuang gitu aja, mending gue publish deh. Bhaks.