Thursday, 6 October 2016

Kalah itu biasa. Menerima kekalahan itu luar biasa.

Pernah ngga sih kalian ikut suatu lomba, ngerasa udah berjuang sekuat tenaga, tapi hasilnya seolah-olah mengkhianati usaha?

Biasanya, mereka yang mengalami kejadian tersebut bakalan ngerasa kalo ada sesuatu yang salah dari penilaian, baik itu pure ketidaksengajaan, atau bahkan ngerasa seolah olah itu adalah "settingan".

Mereka yang mengalami kejadian tersebut, bakalan ngerasa kalo apa yang udah dia usahain seolah-olah ngga ada harganya, dan dia cuman bagian formalitas dari kejadian tersebut, yang tanpanya pun, akan terus berjalan.

Gue sendiri sempet mikir kaya gitu. Atau malah, mungkin hampir semua orang yang mengalaminya bakal mikir hal serupa. 

So, apa yang salah?

Yang salah adalah, ego manusia.

Kita terbiasa untuk menyalahkan seseorang untuk satu kejadian yang terjadi.
Dan itu udah menjadi kebiasaan bahkan sejak kita masih kecil. 
Contohnya ketika kita kejedot sesuatu, pernah kalian dimarahin karna hal tersebut? Ngga kan?
Jadi siapa yang disalahkan? Dinding atau pintu, kan?

Kebiasaan mencari objek untuk disalahkan inilah yang kadang membuat diri kita ngga pernah ngeliat diri kita sendiri, menyadari kekurangan kita sendiri, dan memperbaiki kekurangan yang kita miliki.
Padahal, yang perlu kita lakukan cukuplah dengan bercermin, dan menyadari apa sebenarnya yang kurang dari diri kita.


Kita cukup percaya bahwa hidup adalah tentang sebuah penerimaan.
Bagaimana kita menanti apa yang memang sudah ditakdirkan.
Menerima apa yang sudah ditetapkan.
Dan menjalani apa yang memang diharuskan.

Banyak orang yang mengeluh, kenapa takdirnya belum juga tiba?
Tapi ia tak pernah menyadari, bahwa apa yang dia maksud dengan ketidakadaan itu juga adalah sebuah takdir.
Ia memang sudah ditakdirkan untuk itu, dan dia haruslah melakukan apa yang seharusnya dilakukan;
menemukannya, mendapatkannya.

Sebagian yang lain, menganggap takdir yang ia terima tidak adil.
Tapi, bukankah hidup memang selalu seperti itu?
Misalnya pajak, orang dengan kekayaan lebih akan membayar lebih dari orang yang berpenghasilan sedikit.
Seandainya adil, apakah kalian akan terima?

Begitu pula takdir,
Disaat seseorang mendapat yang lebih dari yang lain, dibalik itu juga ada kewajiban besar yang harus ia tanggung, atau mungkin 'sudah' ia tanggung.
Jadi, sebelum kita memikirkan kenapa orang lain bisa menang, Sebaiknya kita lihat dulu, kenapa kita bisa kalah.

Jalan keluarnya? Sadarilah, pahamilah, mengertilah, berusahalah, bersyukurlah.

Bagikan

Jangan lewatkan

Kalah itu biasa. Menerima kekalahan itu luar biasa.
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

6 comments

Tulis comments
avatar
6 October 2016 at 18:20

Super sekali pak nukario. Saya sangat setubuh dengan anda.

Reply
avatar
8 October 2016 at 08:11

Ego biasanya yang buat urang menyangit-nyangit kada jelas jua nuk. Keren nah artikelnya. merasa disadar akan ulun

Reply
avatar
8 October 2016 at 20:49

Hati-hati ini konspirasi wahyudi

Reply
avatar
13 October 2016 at 05:16

bjur bnar nuk, ego tu sudah kodratnya ada dalam kehidupan nih

Reply
avatar
16 October 2016 at 07:02

Kelanjutan dari postingan kakak-adik nih, mungkin (dan sepertinya benar) haha. Seharusnya, lebih luar biasa lagi kalau menang, broh.

Reply

Jangan lupa ngomen ya, tapi ngomennya jangan di lampu merah, entar di Razia SatPol PP. Ciao!