Tuesday, 29 September 2015

FAN 2014 (final)

FAN 2014 (final)



 Forum Anak Nasional 2014
Nuka Hanif Naufal (A1 C115058)
Pendidikan Matematika

            “Bismillahirrahmaanirrahiim, ikam pasti bisa, Nuk” ucapku  meyakinkan diriku sendiri.
            Aku pun melangkahkan kaki gemetarku menuju panggung yang terletak tepat di bagian depan ruangan. Tak ada suara sama sekali, yang kulihat hanya ratusan tatapan mata yang seakan mengekor setiap langkah kakiku. Aku berhenti tepat di depan sebuah podium yang berdiri gagah di tengah-tengah panggung, mengedarkan pandangan, tersenyum simpul, dan berkata lantang
            “Perkenalkan, nama saya Nuka Hanif  Naufal, saya perwakilan dari Forum Anak Daerah kabupaten Tabalong.”
 

Cerita ini terjadi pada bulan mei, tahun 2014. Tak ada yang istimewa pada hari itu. Kami mengikuti pelajaran seperti biasa. Bercanda gurau seperti biasa. Ketiduran di kelas seperti biasa.Yang agak tidak biasa hanya, ketika sedang asik melamun waktu pelajaran fisika, tiba- tiba seorang anak tak dikenal mengetuk pintu  kelas dan  langsung masuk tanpa dipersilahkan
Ka Nuka, pian dipanggil kepala sekolah” ucap anak tersebut.
Aku yang sedang asik menghitung jumlah personil boyband di kotak pensil temanku  hanya bisa terkejut dan bertanya.
 “Hah? Aku? Dipanggil Pa Kepsek?”
            “Astaghfirullah, jangan-jangan pa kepsek meliat aku pas lagi joget-joget unyu di taman sekolah semalam, mati aku kaini”
            Dengan perasaan gugup dan was-was, aku pun langsung menuju kantor pa kepsek yang letaknya cukup jauh dari kelasku. Lumayan buat olahraga kali aja bisa kurus, pikirku.
Sesampainya di ruang Kepala Sekolah, aku pun semakin gugup. Ruangan berukuran sedang yang di dalamnya penuh dengan berbagai piagam dan penghargaan atas lomba-lomba yang dijuarai sekolah ini mendadak terlihat menakutkan di mataku. Dengan perasaan campur aduk, aku pun mengetuk pintu ruangan beliau.
            “Assalamualaikum, bapa nyari Nuka?”  ucapku.
            “Waalaikumsalam, oooh, Nuka, masuk dulu nak” sahut beliau ramah.
“Jadi kaini, nih dinas minta perwakilan dari tiap sekolah gasan ditest umpat Forum Anak Nasional 2014 di Jakarta. Nah, jadi Nuka bapa tunjuk mewakili SMAN 2 Tanjung. Kyapa? Kawa ja lo nak?”
            “Ooooh, inggih pa, inshaa allah ulun bakal beusaha jadi yang terbaik. Pebila pa acaranya?” tanyaku penasaran.
            “Lusa, di Banjarmasin” jawab beliau. Tegas dan pasti.


 
           
Dengan persiapan seadanya, keesokan harinya aku berangkat menuju Banjarmasin. Jarak antara Tanjung ke Banjarmasin itu sekitar 243 km, yang biasanya memakan waktu 6 jam perjalanan. Nah, di perjalanan itulah aku mulai kenal baik dengan Alfi dan Yusiva, perwakilan dari SMA Hasbunallah. Dan kebetulan, Alfi adalah temanku waktu SD,  yang  merupakan delegasi Tabalong di Forum Anak Nasional tahun 2013.
            “Yang pasti, mun bisa umpat FAN ini untung bangat. Sudah dapat ilmu gratis, bejalanan gratis, bisa tetamu orang berpengaruh, dapat uang pesangon pulang” ceritanya dengan penuh semangat.
            Aku dan Yusiva yang jadi pendengar setia cerita Alfi pun hanya bisa kagum, dan mulai menanamkan tekad untuk bisa jadi delegasi Tabalong di FAN 2014 ini.
            “HARUS BISA NUUUK. WAJIIB” teriakku pada diriku sendiri.


 


            Hari penentuan pun tiba. Semua calon delegasi Kalimantan Selatan mengikuti tes di kantor gubernuran Kal-Sel. Dari tes tertulis, wawancara, hingga tes bakat. Hingga terpilihlah 12 delegasi dari 12 kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Mereka adalah: Ahmad dari HSU, Sarah dari HST, Hafiz dari HSS, Bayu dari Batola, Ridha dari Tala, Cindy dari Balangan, Andri dari Banjarbaru, Rayda dari Banjarmasin, Kiki dari Martapura, Zaid dari Tapin, Kisty dari Kotabaru, dan Nuka dari Tabalong.
            “ALHAMDULILLAH YA ALLAH, NUKA KE JAKARTAAAA” ucapku  berlagak seperti para jebolan pencarian bakat di TV ketika mendengar pengumuman itu.
            Kami pun pulang ke daerah asal masing-masing setelah saling bertukar kontak.
            “Sampai tatamu bulan kena lah, mudahan sukses barataan” kalimat itu,  menandakan akhir, sekaligus awal pertemuan kami ber-12.
           

Satu bulan persiapan yang panjang pun  tidak terasa telah tiba. Kami berkumpul di bandara Syamsuddin Noor sesuai yang sudah direncanakan. Tampak senyum  tak  pernah lepas dari wajah kami semua.
“Hari yang kita hadang sampai jua akhirnya” ucapku  gembira.
“Hiihnah, gugup aku, akhirnya terasa jua naik pesawat” jawab hafiz polos yang langsung memancing tawa kami yang mendengarnya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesawat berangkat, dan tiba tepat 1 jam 45 menit sesudahnya di Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, kami semua semakin takjub melihat betapa megahnya kota yang jadi ibukota negara tercinta kita ini. Dan sewajarnya orang kampung yang baru datang ke kota, kita pun mulai bertanya tentang segala hal yang kita lihat di Jakarta.
Dari pertanyaan awajar seperti “Kyapa caranya manusia mbangun monas yang kaitu ganalnya leh?”
Pertanyaan agak tidak wajar seperti “Wah, di Jakarta ada orang main kalayanganan leh?”
Hingga pertanyaan super tidak normal seperti “Wah, di Jakarta orang behinak leh?”
Yang cuman bisa kujawab “Guys, jangan kampungan pang. Ini Jakarta. Lain planet Namek”


 


Sesampainya kami di jakarta, kami langsung menuju tempat dilaksanakannya FAN 2014 ini, Taman Mini Indonesia Indah, atau yang biasa kita kenal dengan TMII. Disana kami melakukan registrasi, dan  langsung diberi segala perlengkapan yang dibutuhkan waktu FAN, seperti peralatan mandi, alat tulis, baju, jaket, hingga tas. Yang langsung membuat kami semua berucap
“Berat-berat kita mbawa mulai kalsel, sekalinya diberi jua pas disini. Nasib nasib”
Agenda hari pertama pun ditutup dengan materi yang disampaikan langsung oleh kementrian langsung pada malam harinya. Yang jujur, tak begitu bisa kutangkap karena malam itu aku mendadak terserang demam yang akhirnya jadi bahan ledekan teman-teman lain.
“Dasar anak mami, hanyar tepisah berapa jam ja garing dah” ledek mereka.
.

Pada pagi hari kedua, kita semua diwajibkan ikut acara pembukaan , karena di acara pembukaan itulah akhirnya kita bisa bertemu  langsung dengan delegasi tiap kabupaten di seluruh Indonesia. Pada pagi itu kita berkenalan, saling mengenalkan diri serta mengenalkan tradisi & budaya  yang dimiliki daerah masing-masing.
Menuju  tengah hari, acara yang ditunggu-tunggu semua orang pun tiba. Perkenalan tiap delegasi di atas panggung utama. Iya, ditungu-tunggu sekaligus acara paling menakutkan, karena kita akan dilihat langsung oleh seluruh delegasi, panitia, bahkan pejabat dari kementrian. Perlahan, satu demi satu delegasi FAN memperkenalkan diri, hingga akhirnya kini tiba giliranku.
            “Bismillahirrahmaanirrahiim, ikam pasti bisa, Nuk” ucapku  meyakinkan diriku sendiri.
            Aku pun melamgkahkan kaki gemetarku menuju panggung yang terletak tepat di bagian depan ruangan. Tak ada suara sama sekali, yang kulihat hanya ratusan tatap mata yang seakan mengekor setiap langkah kakiku. Aku berhenti tepat di depan sebuah podium yang berdiri gagah di tengah-tengah panggung, mengedarkan pandangan, tersenyum simpul, dan berkata lantang
            “Perkenalkan, nama saya Nuka Hanif  Naufal, saya perwakilan dari Forum Anak Daerah kabupaten Tabalong.”
            Yang langsung disambut tepukan riuh dari seluruh  penjuru  ruangan. Memang, itu cuman perkenalan biasa, tapi dilakukan di acara sebesar ini menjadikannya perkenalan terindah seumur hidupku.
            Setelah  pembukaan,  acara dilanjutkan dengan materi yang kali ini dibawakan oleh Pandji pragiwaksono.  Yang aku masih ingat saking senangnya aku nulis status di hampir di semua sosial mediaku:
“AKHIRNYA BISA TETAMU PANDJI UWOOOOW”
Pada  malam harinya, kita dikasih tahu tentang sosial media khusus anak bernama Statusfan. Jadi,cstatusfan ini tidak jauh berbeda dari sosial media lainnya, hanya saja di statusfan  ada kolom berita khusus anak, serta kolom tentang daerah yang biasa diisi oleh pengguna statusfan.


 


Hari ketiga, adalah hari yang paling ditunggu anak-anak FAN. Karena hari ini, kami semua akan diajak jalan-jalan  gratis, seharian. Dan, tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah monas,k ami yang mayoritas berasal dari kampung pun, ketika melihat monas hanya bisa terpana.
“Ngini nih bisa 10 kali lipat lebih ganal dari obor tanjung. Amas pulang atasnya, humaaa” ucapku  takjub.
Di monas kami diajak berkeliling dari luar, hingga museum yang ada di bawahnya. Tapi sayang, karena terlalu banyak delegasi FAN, kita jadi tidak bisa naik ke puncak monas.
Setelah dari Monas, kami langsung berangkat menuju Dufan. Nah, didufan inilah kami menghabiskan waktu seharian untuk mencoba sebanyak mungkin wahana yang ada. Hingga tiba di sebuah wahana a      ir yang bentuknya persis arung jeram. Si Amat yang berasal dari hulu sungai pun berkomentar.
“Kita, jauh jauh ke Jakarta wara gasan bejukung pulang? Apa bedanya lawan di hulu sungai?” ucapnya  yang langsung disambut tawa kami semua.
                                                      

Memang, itulah kenangan singkat kami. Tiga hari yang berlalu sangat cepat, tetapi kenangan, pertemanan, serta kebahagiaan yang kami dapat akan  bertahan selamanya di hati masing-masing.


P.s: ini sebenernya tugas, tapi ya daripada dibuang gitu aja, mending gue publish deh. Bhaks.


Baca selengkapnya

Saturday, 12 September 2015

Jatuh cinta itu racun.

Jatuh cinta adalah racun.
Dimulai saat kamu melihatnya dari kejauhan.
Racun itu mulai merasuki dirimu.
Kamu mulai penasaran tentangnya.
Memikirkan segala cara tuk bisa mengenalnya. 
Mencari tau hingga di setiap sosial media.
Sekedar ingin tahu siapa namanya, berapa ukuran baju, hingga ukuran sepatunya.

Jatuh cinta adalah racun.
Saat kamu sudah kenal baik dengannya.
Racun itu mulai menyebar ke seluruh tubuhmu.
Dan perlahan menuju hati dan pikiranmu.
Hatimu mulai berdetak tak tentu saat dekat dengannya.
Pikiranmu mulai kacau saat kau jauh darinya.
Mereka sebut kamu gila.
Memang, itulah efek samping racun bernama cinta.

Jatuh cinta adalah racun.
Tak lama setelah itu, kamu mulai dekat dengannya.
Racun itu kemudian semakin ganas.
Ia menyita waktumu.
Membuatmu selalu memikirkannya.
Tapi kamu sadar kamu bukan siapa-siapa baginya.
Racun itu membuat hatimu mulai bertanya-tanya.
"Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkanmu?"
Dan akhirnya kamu berubah menjadi obsesi.
Untuknya, kamu berusaha selalu ada, selalu sedia.

Jatuh cinta adalah racun.
Kini ia milikmu.
Dan racun itu mulai membunuhmu.
Kamu membuang segala hal deminya.
Keluarga, teman, waktu, bahkan agama.
Yang ada di pikiranmu sekarang hanya
"Dia sedang apa?" Atau "kenapa belum ada kabar darinya?"
Temannya adalah ancaman dimatamu.
Bukan bermaksud mengekang.
Hanya takut, teman itu juga akan dapat perasaan lebih.
Sama sepertimu dulu.

Jatuh cinta adalah racun.
Tak terasa, kalian telah lama bersama.
Badai, gempa, kalian lalui berdua.
Dari cobaan biasa seperti "bosan", hingga berujung masalah besar seperti "perselingkuhan".
Tapi kalian tetap bersama.
Entah karena cinta.
Atau merasa rugi membuang hubungan yang begitu lama.

Jatuh cinta adalah racun.
Kini kalian telah lelah.
Selalu menjadikan hal kecil jadi masalah.
Bukan karena tak lagi mencintai.
Hanya seperti ego telah hadir di tengah kalian berdua.
Cinta jadi alasan, bagi perkelahian, masalah, cemburu. 
Cinta jadi alasan, mengekangnya dari pergaulan.
Cinta jadi alasan, menyita setiap waktunya hanya untukmu.
Racun itu semakin gila.
Dan berubah jadi hal jahat.

Jatuh cinta adalah racun.
Mungkin inilah saatnya.
Prinsip kalian sudah terlalu berbeda.
Maka perpisahan, adalah satu-satunya jalan. 

Dan, kalian berpisah.
Melupakan cinta yang dulu kalian bangga-banggakan.
Melupakan segala perjuangan yang telah kalian lakukan.

Jatuh cinta adalah racun.
Awalnya kamu bahagia.
Terbebas dari ikatan dan kekangan.
Kini kamu bebas.
Tapi tanpa kamu sadari, racun itu malah makin merusak hidupmu.
Kamu mulai merasa hampa.
Kamu mulai merindukannya.
Kamu bahkan mulai gila.
Lebih gila dari sebelum kamu mengenalnya.
Jatuh cinta adalah racun.
Waktu berlalu.
Kamu mulai jatuh cinta lagi.
Dan melupakan luka dari racun lama yang kamu dapat darinya.
Tapi,
Bukan.
Jatuh cinta lagi bukanlah obat penawar racun itu.
Kau hanya meracuni dirimu lagi.
Sehingga perih dari racun lamamu tertutup dengan racun baru itu.
Ya, karena jatuh cinta, adalah racun.
Baca selengkapnya

Monday, 7 September 2015

Saat waktu itu tiba.

Ada kalanya, ia merasa kesepian di tengah-tengah keramaian.
Bukan karena ia diabaikan, hanya seperti tersadar, bahwa ia tak dibutuhkan.

Ada kalanya, canda tawa tak lagi menarik dimatanya.
Bukan karena ia tak menyenanginya, hanya seperti dunia terlalu remeh untuk dihabiskan hanya dengan bercanda.

Ada kalanya, yang ia inginkan hanya pergi.
Bukan karena ingin dicari, hanya seperti dunia memang meyisakannya sendiri.

Saat waktu itu tiba, yang ia rasakan hanya sepi.

Saat waktu itu tiba, yang ia pikirkan hanya pergi sejauh yang ia bisa.

Saat waktu itu tiba, sendirilah jawaban yang paling tepat baginya.

Saat waktu itu tiba,

bukan hanya dia.

Aku pun, tak tau harus bagaimana.
Baca selengkapnya