Review Film The Greatest Showman. Drama Musikal Ter-EPIC abad ini!
Yahalo!
Bagi kalian para pecinta film, pasti sadar kalo beberapa
bulan belakangan ini industri film sedang berada di puncak kepopuleritasannya.
Dari Indonesia, 2018 adalah tahunnya Dilan 1990, yang saking hitsnya, quotesnya
bisa kalian jumpai di setiap akun instagram bocah-bocah kasmaran.
Film mancanegara? Jangan ditanya. 2017-2018 bisa dibilang
gudangnya film-film keren. Maze runner, Pitch Perfect, 50 shades of freed, ditambah
persaingan sengit Film-film marvel VS Film DC Bikin bioskop di Banjarmasin
sesak banget kaya ukuran celana gue saat berat badan nambah.
Satu jenis film lain yang juga menjadi ngetrend belakangan
ini adalah Film Musikal. Iyap, tanpa diduga di tahun 2017-2018 beberapa
film musical merajai puncak Box Office. Dimulai dari Beauty and The Beast, La
La Land, hingga yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat, The Greatest
Showman.
The Greatest Showman adalah film bergenre Drama
Musikal yang rilis pertama kali pada 8 Desember 2017 di Indonesia (kalo di
Banjarmasin sekitar pertengahan Januari 2018).
Dan jujur, sebenernya gue adalah tipe orang yang ngga begitu
antusias sama film drama musikal. Terlebih lagi biasanya film drama musikal itu
identik sama cewek. Gue juga selalu berpikiran bahwa film musikal itu film aneh
yang disepanjang filmnya bakal ada sepasang kekasih yang suka mendadak nyanyi
lagu yang sama di tengah orang banyak. Terus setelah nyanyi beberapa bait,
orang-orang asing di sepanjang jalanpun akan ikut nyanyi dan joget dengan koreo
yang sama juga.
Iya, pikiran gue emang pendek banget.
Kembali ke topik. Karena ketidak antusiasan gue ini,
akhirnya film The Greatest Showman ini pun gue kesampingkan dari watchlist
karena saingannya di bioskop lebih menjanjikan menurut gue pada saat itu.
Sampai suatu ketika waktu gue lagi buka instastorynya @aulion,
dia dengan semangat yang menggebu-gebu cerita tentang betapa bagusnya film itu.
Ditambah pemeran utama dari film ini yang katanya adalah Hugh Jackman (Wolverine
di X-Men buat yang ngga tau).
Gue yang orangnya
mudah kehasut inipun langsung buka yutub untuk nonton trailer film The Greatest
Showman itu.
Waspada spoiler.
Setelah termakan buaian Aulion itu pun, gue memutuskan untuk
nonton si The Greatest Showman ini, dan yap. Ngga ada kata yang lebih tepat
selain kata EPIC.
Film ini bercerita tentang Phineas Taylor Barnum, pendiri salah satu sirkus terbesar “Barnum & Bailey Circus”. Dimulai dengan
cerita masa kecil Barnum (seorang anak penjahit) yang jatuh cinta sama anak
bangsawan, Charity (kalo di Indonesia judulnya mungkin: Pacarku
seorang anak penjahit ganteng).
Film kemudian menceritakan gimana Barnum kecil yang
kehilangan ayahnya, harus berjuang bertahan hidup, kesana kemari mencari alamat uang, hingga akhirnya dia dewasa dan
menikahi Charity, melahirkan dua orang anak, kena PHK dari tempat kerja, dan akhirnya
mencoba membangun sebuah pertunjukkan dengan mencari orang-orang Unik.
Satu hal yang gue salut banget dari film ini, Lagu-lagu yang dinyanyiin bener-bener enak. Bisa dibilang, semua lagu yang dinyanyiin enak. Ngga ada yang ngga enak didengerin. (sehabis nonton gue langsung cari playlist OST nya di yutub)
Terus koreografinya juga rapi dan bagus. Karena mereka berada di sebuah pertunjukkan, menyanyi dan menari rame-ramean yang gue takutkan di awal keliatan natural banget (ngga ada joget bareng orang asing di tengah jalan hujan-hujanan)
Bisa dibilang, selama 1 jam 45 menit, ngga ada satu momenpun yang bisa gue lewatkan bahkan meski kebelet pengen ke toilet.
www.smithsonianmag.com |
Satu hal yang gue salut banget dari film ini, Lagu-lagu yang dinyanyiin bener-bener enak. Bisa dibilang, semua lagu yang dinyanyiin enak. Ngga ada yang ngga enak didengerin. (sehabis nonton gue langsung cari playlist OST nya di yutub)
Terus koreografinya juga rapi dan bagus. Karena mereka berada di sebuah pertunjukkan, menyanyi dan menari rame-ramean yang gue takutkan di awal keliatan natural banget (ngga ada joget bareng orang asing di tengah jalan hujan-hujanan)
Bisa dibilang, selama 1 jam 45 menit, ngga ada satu momenpun yang bisa gue lewatkan bahkan meski kebelet pengen ke toilet.
Film ini juga bagus banget buat ditonton bareng keluarga karena pesan yang disampaikan banyak banget, dari menghargai orang lain, kekeluargaan, persamaan ras, dan juga tentang keserakahan. Yang mana menurut gue, meskipun berlatar sekitar tahun 1800-an, tapi pesan yang disampaikan bener-bener cocok sama permasalahan zaman sekarang.
Segi lagu udah, segi koreo udah, segi pesan juga udah.
Saatnya ngebahas masalah aktor.
Gue sebagai anak 90-an yang mengenal Hugh Jackman sebagai Logan a.k.a wolverine, jujur agak kaget kenapa dia bisa-bisanya jadi pemeran utama sebuah film drama musikal. Sehingga hampir sepanjang film gue menghayal si Hugh ini bakalan ngeluarin cakar pas lagi nyanyi. Syukur hayalan gue ngga jadi kenyataan. Kan ribet kalo tiba-tiba Professor X dateng dan ikutan nyanyi.
Yang baru gue tau belakangan ini, ternyata sebelum berperan sebagai Wolverine, hugh dulunya adalah pemeran teater musikal *beri applause untuk wolverine kita*
www.thewrap.com |
Selain hugh, film ini juga dihiasi bintang-bintang ternama kaya Zac Effron, Zendaya, Michele william, dan Rebecca Ferguson dkk yang aktingnya udah ngga perlu diragukan lagi.
Oiya, kemistri antara Zac sama Zendaya bakal gue kasih dua jempol karena ke-gila-ini-mereka-kemistrinya-dapet-banget-annya. Bisa dibilang scene ketika Zac sama Zendaya nyanyi Rewrite The Star sambil bergelantungan adalah scene favorit gue sepanjang film. Apik banget!
Over all, menurut gue film ini layak diberi rating 4.5/5 karena kemegahan serta musik yang luar biasa bagus banget. Tapi, ini murni penilaian dari gue, kembali ke selera masing-masing.
So, segitu dulu deh review dari gue, kurang tambahnya langsung komen di kolom komengtar aja yaw. Thankyou~