Teruntuk hati yang tak dapat lagi kusentuh. Masihkah ada tempatku untuk kembali berlabuh?
Kepadamu, masa laluku.
Tak kusangka saat ini datang juga. Saat dimana aku harus melepaskan surat ini dari sangkar gelapnya, menuju dekap hangat dingin sikapmu yang selalu kuingat. Iya, yang akan selalu kuingat.
Sudah lama aku tidak mendengar kabarmu. Yah, tanpa kutanyakan pun, bisa kutebak, pastilah kamu akan mengatakan kamu baik-baik saja. Walau kali ini hanya sebatas basa-basi, bukan untuk membuatku tidak khawatir akan keadaanmu, seperti dahulu.
Yah, Semoga kamu memang baik-baik saja disana.
Kabarku? Kalau untuk basa-basi, tentunya aku juga akan mengatakan baik. Walau sebenarnya..... entahlah, lupakan, lagipula ini surat, bukan curhat.
Oh, iya. Maaf kalau aku mengganggu. Aku tidak bermaksud mengusik hidup bahagiamu. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, sesuatu yang mungkin jadi hal terakhir yang kamu dengar dariku.
Kepadamu, masa laluku.
Aku hanya ingin menyampaikan,
Terima kasih, dan maaf.
Semenjak kepergianmu, aku mengerti. Benar kata pepatah. "Di balik suatu kehilangan, kita akan mendapat sesuatu yang lebih besar". Dan dalam kasus ini, aku kehilanganmu, dan mendapat sesuatu yang lebih berharga, pelajaran.
Semenjak kepergianmu, aku sadar. Terkadang, untuk menjaga sesuatu, kita tidak perlu mengikatnya. Hanya perlu mengawasinya, membiarkan ia tumbuh, membiarkan ia berkembang.
Maaf, karna selama ini telah mengekangmu dengan tali yang bernama "takut kehilangan".
Semenjak kepergianmu, aku sadar. Cinta yang besar saja tidak cukup untuk membangun hubungan yang baik. Iya, aku lupa sesuatu yang sangat penting. Aku lupa melupakan sesuatu bernama "Ego". Maafkan aku, karna terlambat menyadari itu.
Kepadamu, masa laluku.
Ironis memang ketika aku mengatakan mungkin ini surat terakhir yang akan kamu terima. Tapi memang beginilah seharusnya.
Kita telah kembali pulang.
Perpisahan membiarkan kita kembali ke jalan masing-masing.
Maka, ketika aku telah kembali ke jalanku, dan begitu pula kamu. Izinkan aku menyimpan bagian hatimu di hatiku.
Tapi kali ini, bukan tempat yang sama seperti saat kepergianmu dulu.
Kali ini aku ingin menyimpannya di tempat yang benar.
Tempat bernama "kenangan".
Mungkin, saat surat ini tiba. Kamu sedang duduk bersama bagian dari masa depanmu.
Aku ingin menitip pesan padanya. Tolong jaga senyum indahmu, jaga hati rapuhmu, jaga kamu.
Kuharap, hadirnya surat dari masa lalumu ini tidak menjadi penghancur hubunganmu dengan masa depanku, seperti kita dulu.
Kita memang sudah banyak berbeda.
Tapi masih seperti yang kukatakan saat kau pergi.
Aku masih disini, bersama janjiku.
Tertanda.
Masa lalumu.
-
-
-
Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara.